PDM KABUPATEN BLITAR - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM KABUPATEN BLITAR
.: Home > Artikel

Homepage

Pendidikan Bukan Alat Politik*

.: Home > Artikel > PDM
05 Juni 2012 10:21 WIB
Dibaca: 2163
Penulis : Kastur Eko Prasetyo

Para elite politik harus dapat mawas diri terkait dengan tujuannya berpolitiknya. Para politikus harus segera beralih ke tujuan yang benar, tujuan yang membawa bangsa ke arah masa depan yang cerah. PENDIDIKAN merupakan tolok ukur kemajuan suatu negara. Jika negara mundur dalam berbagai bidang, maka pendidikanlah yang pertama kali harus dievaluasi. Pendidikan merupakan tempat mencetak kader-kader penerus masa depan bangsa dan harus mendapat prioritas dan perhatian utama. Progam sekolah gratis perlu segera diterapkan di Indonesia jika ingin negara ini lekas maju.

Persoalan biaya dan sekolah mahal merupakan masalah tiada berujung. Kemiskinanlah yang menjadi kambing hitam. Gagasan pendidikan bebas biaya sering diucapkan lidah-lidah penuh janji. Alasan yang pasti adalah untuk mendapat simpati masyarakat bahwa ia memperjuangkan pendidikan. Hal tersebut tentu lazim jika dicanangkan setelah kabinet terbentuk usai pemilu, karena itu akan menjadi progam resmi negara. Tapi, bagaimana jika gagasan sekolah gratis dicuatkan sebelum pemilu? Kita tidak bisa mengingkari, semua politikus berambisi mengambil alih kekuasaan, karena hal itu menjadi tujuan politik. Vaclaf Havel menyebut tiga faktor yang menjadi dorongan seseorang begitu berambisi berpolitik Pertama, cita-cita untuk membangun masyarakat yang maju dengan gagasan-gagasan yang lebih baik untuk mengatur negara.

Kedua, alat untuk menyampaikan ideologi, dan terakhir adalah tujuan oportunis. Dan, ketiga, gagasan pendidikan gratis selalu masuk dalam daftar rencana mereka, entah sebagai sarana mendapat simpati suara tinggi dalam pemilu atau akan diwujudkan sebagai cita-cita. Faktor pertama merupakan dorongan yang dimiliki oleh orang-orang yang berorientasi pada tujuan politik yang sebenarnya, yaitu memajukan bangsa dengan gagasan-gagasan dan idealisme politik yang ia bawa. Sedang faktor kedua, dengan kekuasaan yang ada ditangannya, seseorang akan berpeluang besar untuk menyebarkan dan mewujudkan ideologi yang ia bawa.

Namun faktor yang terakhir patut kita waspadai, karena dorongan berpolitik seperti itu hanya bertujuan mendapatkan keuntungan pribadi, dan akan menghalalkan segala cara dalam maraih tampuk kekuasaan, termasuk gembar-gembor sekolah gratis. Hali ini amat rawan melahirkan masalah-masalah baru dalam jangka panjang, terutama dalam dunia pendidikan. Seandainya politisi yang mempunyai tujuan oportunis tadi berhasil mencapai tampuk kekuasaan, selain akan mengingkari janji dan mengeruk keuntungan pribadi, masyarakat dari semua golongan, terutama yang peduli terhadap pendidikan, akan merasa kecewa dan ragu terhadap kinerja pemerintah. Sebagaimana dikatakan oleh Zawawi Imron, pakar budaya yang risau dengan kondisi politik Indonesia, dibutuhkan kesadaran kolektif dari semua kalangan.

Para elite politik harus dapat mawas diri terkait dengan tujuannya berpolitiknya. Para politikus harus segera beralih ke tujuan yang benar, tujuan yang membawa bangsa ke arah masa depan yang cerah. Sedangkan masyarakat harus dapat melihat dengan kesadaran penuh dan jeli dengan janji-janji politis serta menggunakan hak pilih dengan tepat. Dengan kesadaran kolektif ini akan mewujudkan pemerintahan yang jujur, bersih, dan kompatibel, benar-benar memperjuangkan bangsa demi kemakmuran rakyat.

 

Penulis Pernah aktif Di Pena Grup UMM

E-mail: k45tur_eco@yahoo.co.id

*Artikel Pernah dimuat diharian Surya


Tags: Pendidikan , politik
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website